Bagi orangtua yang masih mempunyai anak bayi dibawah 1 tahun, kami ingin membagikan tahapan atau milestone perkembangan anak Anda yang dibagi dalam 3 sisi perkembangan anak usia dini.
Milestone Perkembangan Anak di bawah 1 tahun
Ketrampilan
>3 bulan
4-7 bulan
8-12 bulan
Motorik
Pada saat tengkurap, kepala dan badan bagian atas sudah dapat ditopang
Kaki sudah dapat di-stretch dan sudah mulai bisa menendang
Mulai membuka dan menutup telapak tangan
Mulai berusaha meraih dan menggerakkan mainan
Mulai mencoba mengenai maupun menggerakkan barang yang sedang digantung
Pada saat dibantu untuk menapak, kakinya bisa diturunkan ke lantai
Gerakan mata dapat mengikuti arah barang yang sedang bergerak
Mulai bisa menggerakkan kepala mengikuti stimuli
Sudah mulai rolling dua arah (dari posisi tengkurap hingga terlentang, atau dari terlentang ke posisi tengkurap)
Mulai bisa duduk, dengan maupun tanpa bantuan tangan
Semakin mudah meraih barang dengan cara menggengam
Mulai bisa memindahkan barang dari satu tangan ke tangan yang lain, maupun dari kiri ke kanan
Pada saat diajak berdiri, badannya telah mampu untuk menopang dirinya sendiri dan dapat dibantu untuk berdiri tegak lurus
Mulai mengeksplorasi dengan mulut dan tangan, sering memasukkan barang ke mulut
Mulai mencoba membanting maupun menggoyangkan barang
Mulai bisa duduk dengan mudah sendiri
Mulai mencoba merangkak dengan menggerakkan tangan dan lutut dalam posisi merangkak
Mulai mencoba berdiri, berusaha melangkah dengan berpegangan pada barang atau orang, mulai bisa melangkah beberapa langkah tanpa dibantu dan mulai bisa berjalan sendiri
Tangannya mulai bisa mencubit atau pada posisi mencubit (jempol dan tangan manis bisa mengatup)
Mulai bisa memasukkan barang ke kotak/container dan bisa mengeluarkan barang juga dari kotak/container
Mulai bisa melakukan kegiatan fungsional seperti memegang sendok atau membalikkan halaman buku
Bahasa
Mulai membuat bunyi seperti coo-ing (atau oo atau aa)
Sebagai bagian komunikasi non-verbal, sudah bisa dan gampang dibuat tertawa
Mulai berusaha berbicara dengan konsonan seperti ba-ba-ba atau ma-ma-ma
Mulai bisa berkata “Mama” atau “Papa” dan dapat mengasosiasikan panggilan ini kepada orangtuanya
Mulai bisa mengekspresikan diri dengan kata-kata seperti “Oh-oh!”
Mulai bisa meniru penyebutan kata dan bahkan bisa mengucapkan kata pertama
Mulai bisa menggunakan gerakan tubuh seperti menggelengkan kepala untuk “Tidak” atau melambaikan tangan untuk mengucapkan “Selamat tinggal”
Dapat bermain permainan yang menarik seperti Cilukba
Sosial/emosional
Mulai bisa tersenyum apabila melihat orang yang dia kenali
Mulai senang bermain dengan orang lain
Mulai bisa membedakan emosi orang lain dengan mendengarkan intonasi orang tsb
Mulai bisa mencari barang yang disembunyikan
Gampang menemukan barang yang disembunyikan
Mulai bisa menggunakan barang dengan tepat, seperti memegang telpon bagaikan menjawab telpon atau meminum dari gelas
Mulai malu pada saat bertemu orang asing/baru
Menangis apabila ibu maupun ayahnya pergi
Nah, di atas adalah acuan dari tahap perkembangan anak di bawah 1 tahun, dari sisi motorik, bahasa maupun sosial/emosionalnya. Mohon diingat yah, kalau ini hanya merupakan acuan.
Jadi Mom & Dad, tidak perlu khawatir atau panik kalau ada tahapan-tahapan perkembangan yang belum tercapai oleh anak Anda. Yang penting adalah pendampingan dari orangtua, sehingga dapat melatih beberapa aspek perkembangan anak sesuai dengan milestone yang ada. Dengan sering berlatih bersama dan ditemani dengan stimuli yang konsisten, pastinya anak Anda akan terus berkembang dengan optimal.
Kita mau sedikit info tentang pentingnya melatih refleks anak terutama pada saat mereka masih bayi.
Pada saat dilahirkan, anak diperlengkapi dengan sejumlah refleks yang sifatnya involuntary dan primitif yang menentukan gerakan anak.
Refleks itu muncul sebagai respons dari stimuli dan gerakan yang secara tidak sadar dilakukan oleh anak. Refleks itu hadir untuk membantu anak menghadapi minggu-minggu pertama dalam hidupnya. Contohnya: refleks menyusui dimana anak lahir dengan kemampuan menyedot dan menelan, atau merespons pada saat pipi/mulutnya disentuh.
Refleks lainnya, refleks Moro terjadi pada saat anak kaget/terkejut dimana secara refleks, anak akan merenggangkan tangan dan kakinya keluar. Selain itu, ada refleks menggengam yang nantinya berhubungan dengan kemampuan meraih dan memegang.
Refleks lain adalah refleks berjalan, dimana anak akan melangkah apabila badannya berdiri lurus dengan kaki bersentuhan dengan lantai. Semua ini disebut refleks primitif.
Apabila anak tidak mempunyai refleks primitif, ini merupakan indikasi kemungkinan terjadinya perkembangan abnormal pada anak hingga masalah perkembangan otak anak di kemudian harinya.
Refleks primitif biasanya akan hilang di bulan-bulan pertama anak dan digantikan dengan hadirnya kemampuan fisik anak yang bisa diobservasi.
Seorang pakar bernama Goddard menghubungkan perkembangan refleks dengan perkembangan anak sejak dini dimana transisi yang tidak lengkap dari refleks primitif ke perkembangan motorik dini akan menyebabkan masalah di keseimbangan dan koordinasi anak di kemudian hari, dan kebiasaan menyedot dan mengempeng yang berkepanjangan akan mempengaruhi kemampuan anak berbicara dan lemahnya otot maupun koordinasi motorik mulut.
Selain itu, refleks menggengam yang kelamaan dapat menghalangi kemampuan anak memegang pensil ke depannya.
Berikut beberapa cara melatih refleks anak bayi:
Rooting– menyentuh pipi bayi terutama bagian yang dekat mulut bayi. Dengan cara ini, secara reflek, bayi akan menolehkan kepalanya ke arah sentuhan dan bayi akan secara otomatis membuka mulutnya seperti ingin menyusu.
Gripping– menggenggam sesuatu yang ditaruh di dekat tangan bayi. Hal ini melatih refleks anak untuk bisa meraih maupun menggengam barang maupun jari tangan orang dewasa. Lama-lama, dia mulai bisa menarik berat badannya sendiri apabila sudah cukup terlatih.
Toe curling– dengan menyentuh bagian telapak kaki bayi, dia akan dengan refleks mengerutkan kuku-kuku kakinya. Apabila bagian depan kakinya yang disentuh, kuku kakinya akan merenggang dengan sendirinya.
Moro reflex– bayi akan dengan refleks menunjukkan gerakan kaget dimana kepalanya langsung tertarik ke belakang dan tangan dan kakinya langsung terbuka posisinya apabila bayi mendengar suara yang kencang maupun gerakan yang tiba-tiba. Biasanya refleks ini juga disertai dengan tangisan.
Galant– dengan lembut, sentuhlah bagian punggung belakang bayi Anda yang dekat dengan tulang belakangnya, niscaya bayi akan berputar ke arah sentuhannya dan tampak seperti seorang pemanah.Jadi bagi orangtua yang punya anak bayi, latih perkembangan refleks anak Anda agar tumbuh kembangnya sesuai dengan perkembangan umurnya.
Every business owner is feeling the pinch from the effects of the COVID-19 pandemic. The pinch is hard and for some, seems unbearable. For us, small business owners, the pinch could even be deadly, suffocating our businesses, pushing some to close permanently.
In Indonesia, the nation’s semi-lockdown has stretched more than four weeks now and will continue for at least another two weeks or more. For most of us, it feels like a life-time. Majority of businesses are unable to open shops, yet have to pay salaries of their staff, rent and utilities’ bills, not to mention the soon-THR (religious holiday allowance) season. This devastating reality begs the question “How long can our business survive?”
As a business owner who has been around for more than three years, this is not the first time we are being tested, nonetheless, this COVID-19 disruption might just be our Achilles’ heel.
Looking back to when we first opened our daycare, we hardly had any visitor for the first couple of months. At that time, we had to wreck our brain to develop another revenue stream with the ultimate goal to introduce potential leads to our daycare. We then came up with the idea of weekend class, where we organised sensory classes for babies and toddlers on Saturdays, so new parents would come, visit and enjoy our facilities. After a few classes, our daycare membership began to grow as people began to taste the high quality of teaching we’re offering. That experience had also proven that our resilience, the core fabric of entrepreneurship, was the saviour of our business, but now, our resilience is being stretched thin.
This pandemic is challenging us to dig deep into our values’ system to determine what we are made of. Are we going to cave in and surrender, or are we going to fight and come back stronger after this seemingly-apocalypse?
For now, we choose to fight. In this fight, we hold on to three key principles.
This too shall pass.
This Persian philosophical belief speaks truth to our thinking. Our daycare has now been closed for almost two months and the closure would most likely continue until further notice, leaving us with very limited income. Yet, as a business servicing mostly working parents, we believe that our line of work is an essential business that will stand the test of time. With several years of experience under our belt, we are convinced we will be able to bounce back from the effects of the pandemic and survive this.
During difficult time such as this, as a business owner, you need to ask yourself, is this the business that you are going to hone in on for long term or is it just a fad? Is this truly your passion or just a means to meet ends? Ask this difficult question to determine whether you are going to stick around to work on your cashflow or calling it quit to salvage the remaining of your profit. Look at your major costs and find ways to close the gap. If you are renting and unable to open for one or two months ahead, talk to your landlord/building owner to discuss the possibility of getting discounts or reduction on certain fees. This is the time to ask favours and work out some sort of arrangements with your key stakeholders. If you are unable to pay your staffs’ salaries in full, discuss with them some terms that will allow your business to weather through this period.
2. When life gives you lemon, make lemonade.
During the early 17th century when the plague hit the theatre scenes in Britain causing a total of 78 months closures of most theatres, the greatest works of William Shakespeare were born*. As the plague outbreaks continued, Shakespeare took the time to sit at home, read and write, when his most important works and poems were created. Sometimes, a crisis pushes us to re-evaluate our business and find creative ways for other sources of revenue stream to keep our business afloat. Before the Coronavirus pandemic, one of our partners had suggested to explore online learning for early childhood education. Yet, caught up with the busy-ness of our daily activities, we did not follow through with the idea. Now, as our physical daycare is closed, we are finding new and innovative ways to provide online learning to our children. This new progression is now being offered to one of our corporate clients to service their staff’s young children around Indonesia. Fingers crossed that we’re going to see a light of hope in the end of the tunnel on this deal.
3. Never burn your bridges
Another principle is to make sure that we do not burn our bridges or conduct drastic measures that we might not be able turn back from. No matter how difficult it is to hold onto your business, it is crucial as an entrepreneur not to choose the easy way out. Crisis is there to teach us a lesson and as long as your business is your passion and you’ve got a strong determination to make it work, your business will survive. Look at your key stakeholders right now and ask yourself “what can I do for them?” instead of “how can I benefit from them?”. By changing your perspective, you are changing your attitude and approach on how you are going to run your business moving forward. For us, laying off our staff is our last resort. Staffs are our most important assets and we will try our mightiest to keep them, even if we have to sacrifice our hard-earned revenue from before the pandemic.
Our customers are also our key stakeholders that we want to maintain. You need to understand that your customers are examining your ethics during such crisis. Are you the hit-and-run type of businessperson or are you here to stay? If you only want to make a quick buck, you will not care about the repercussions of your actions towards your customers. However, if you really care about your customers, you will try to put yourselves into their shoes and find a win-win solution for both sides. One of our win-win solutions is to provide our customers with the opportunity to pick between two payment schemes, which give them the flexibility to adjust it to their timing and preference. That’s how you create loyalty to your brand. You have to think beyond and after the pandemic. Let your customers know that you are here to stay and you will help them overcome this unprecedented period.
In the meantime, our staffs are also seeking new technologies to induce into our online learning routine. It is the right time to squeeze the creativity juice out of you and your team. Now is not the time to give up.
As someone who gave up a comfortable seat in the corporate world three years ago, I have considered myself privileged to be an entrepreneur, albeit a small and relatively new one. I feel privileged to be able to help put food on the tables for our staff these past years. I feel privileged to play a part in our daycare’s children education and upbringing. I feel privileged to work with some incredible minds in early childhood education. I feel privileged to work, brainstorm and envision with my three partners in building and growing our business. These privileges come with responsibilities and now, more than ever, is the time to take responsibilities of our business and exhibit what we are made of to help our staff, our children, our customers and our country triumph over this crisis.
* www.thestage.co.uk: “From pandemics to puritans: when theatre shut down through history and how it recovered”
Written by:
Marta Yuliana (Co-founder of Mika Daycare & Playgroup)
Dilansir dari Kompas.id dengan Judul “Mika Daycare: Kasih Sayang di Gedung Perkantoran”
Hari masih pagi. Para karyawan perkantoran perlahan sudah mulai beraktivitas. Namun, diantara mereka, ada pula yang masih punya kesibukan lain di perkantoran South Quarter, kawasan TB Simatupang, Jakarta Selatan.
Tiga anak bayi misalnya, terlihat sedang berjemur menikmati matahari pagi di taman bersama dengan pengasuhnya. Semerbak wangi minyak telon menguar ketika pintu masuk ke ruangan bermain dibuka.
Begitu dilongok, beberapa anak sedang beradaptasi mengamati lingkungan sekitar. Di sebuah kelas, anak-anak berusia 2 tahun bernyanyi bersama para ibu dan para guru. Di kelas lain, sekelompok anak sedang bermain.
Mereka semua merupakan bayi mungil dan anak kecil yang dititipkan orang tuanya di Mika Daycare.
KOMPAS/ ANASTASIA JOICE TAURIS SANTI
Anak-anak menantikan pembagian makanan di Taman bermain di Mika Day Care di perkantoran South Quarter, kawasan TB Simatupang, Jakarta Selatan, awal September 2018.
Melahirkan anak sementara sang ibu memilih untuk terus bekerja adalah salah satu alasan menitipkan anak di daycare. Hal lain adalah, sang ibu yang tiba-tiba menjadi orang tua tunggal.
“Saya juga konsumen day care. Ketika itu, tidak memungkinkan mengambil pengasuh dan saya memilih menitipkan anak saya di day care,” jelas Marta Yuliana, salah seorang pendiri Mika Day Care, ditemui pekan lalu.
Dari hasil bincang-bincang dengan tiga temannya, Marta memutuskan untuk membuka layanan penitipan anak. Dari posisinya sebagai konsumen, Marta memahami apa yang diinginkan dan harapan orang tua terhadap day care.
“Sebagai orang tua, saya ingin ketika menjemput anak saya dari day care, dia sudah bersih, sudah harum, tetapi ada pengalaman, anak saya seperti berkeringat dan asem sampai di rumah. Ternyata, pemilik day care mematikan pendingin ruangan sehingga anak-anak kepanasan berkeringat lagi sebelum pulang,” kata Marta.
Pengalaman lain, para pengasuh tidak segera memberitahukan kepada orang tua ketika sesuatu terjadi pada anaknya. Ketika sampai di rumah, pernah didapati lebam pada tubuh anaknya. Tetapi, tidak ada pemberitahuan mengapa lebam itu terjadi.
Marta sangat rinci dalam memenuhi harapan orang tua karena pernah dalam posisi sebagai orang tua yang menitipkan anaknya di day care.
Menunggu giliran
Saat ini, Mika Day Care merupakan salah satu tempat penitipan anak yang laris dicari para orang tua. Setelah dua tahun beroperasi, sudah ada 30-40 anak yang dititipkan. Masih banyak lagi anak yang harus menunggu giliran karena kapasitas yang sudah tidak memadai.
“Ketika kami berempat membuka bisnis ini, memang banyak kendalanya,” ujar Marta. Marta mendirikan Mika bersama dengan sahabat-sahabatnya Tirza Engelen, Ellen Dharmadi dan Mariska Sohan.
DOKUMENTASI MIKA
Pendiri Mika Day Care dari kiri ke kanan Marta Yuliana, Tirza Engelen, Ellen Dharmadi, dan Mariska Sohan.
Ketika itu, penyewa di Gedung South Quarter masih terbatas. Orang tua yang menitipkan anaknya pun masih sedikit. “Kami harus mendatangi satu per satu penyewa di gedung ini untuk memaparkan dan memperkenalkan tentang fasilitas yang dimiliki Mika,” kata Marta lagi.
Marta yang berlatar belakang sebagai pendidik, bertugas membuat kurikulum. Mika menggunakan kurikulum Montessori yang memungkinkan sang anak mengembangkan diri sesuai bakat dan kemampuannya.
Kurikulum tersebut dipadukan dengan metode sensori, yang memberikan kesempatan anak untuk mengeksplorasi panca indranya. Anak-anak pun diajak bermain bak pasir, bak berisi balok, bermain tepung, dan sebagainya.
Kegiatan sepanjang hari di Mika relatif padat. Ketika tiba di Mika, anak-anak itu belum mandi. Setelah mandi, mereka berkegiatan lalu mendapatkan makanan ringan pertama. Kemudian, bermain lagi dan makan siang.
KOMPAS/ ANASTASIA JOICE TAURIS SANTI
Kamar tidur di Mika Day Care, pada awal September 2018.
Selesai makan siang, mereka tidur siang. Kegiatan berlanjut lagi hingga mandi dan makan sore, lalu mereka dijemput orang tuanya pada pukul 18.00.
Tidak hanya membuka kelas penitipan anak, Mika Day Care juga membuka kelas bermain meski tidak setiap hari dan hanya dalam durasi terbatas. Adapun pada hari Sabtu, Mika mengadakan kelas-kelas bertema pengasuhan.
“Tanggapannya positif. Kelas Mika penuh, demikian pula dengan kelas di akhir pekan yang ditangani oleh tim tersendiri,” kata Marta bersemangat. Salah satu rekan Marta memang bertanggung jawab mengunggah program Mika di sosial media sehingga program yang ada tersosialisasikan dengan baik.
Kini, Mika bahkan membuka komunitas berdasarkan bulan kelahiran anak. Karena, ada permintaan dari pelanggan agar kelas khusus itu hanya dihadiri oleh anak yang lahir pada bulan yang sama. Itu hanya salah satu kelas unik yang disediakan oleh Mika.
KOMPAS/ ANASTASIA JOICE TAURIS SANTI
Taman bermain di Mika Day Care, awal September 2018.
Makin berkembang
Dan, bisnis penitipan anak ini pun semakin berkembang. Tidak hanya semakin banyak anak yang hendak dititipkan, tetapi sudah ada pengusaha lain yang meminta hak waralaba dari Mika.
Hingga akhir tahun 2018 ini, Mika ditargetkan membuka lagi cabang di kawasan perkantoran antara lain di Kuningan.
Marta dan para sahabatnya meyakini bisnis penitipan anak ini berprospek cerah karena selalu ada saja keluarga yang memiliki bayi dan menemukan kesulitan dalam pengasuhan dan pengawasan anaknya sehari-hari.
Bahkan, Marta rela meninggalkan pekerjaannya yang sudah mapan pada sebuah bank untuk mengurus bisnisnya ini.
Dua tahun telah berjalan. Persoalan dan peluang bermunculan. Anak-anak yang biasa dititipkan di Mika sudah saatnya masuk prasekolah. Para orang tua kembali dihadapkan pada persoalan, ke mana anak-anak akan diasuh setelah sekolah yang biasanya hanya berlangsung hingga tengah hari.
Marta dan kawan-kawannya melihat kondisi itu sebagai peluang. Pada tahun ajaran baru mendatang, Mika akan membuka sekolah pada jenjang pra sekolah yang diikuti dengan penitipan anak.
Setelah anak selesai bersekolah, mereka akan melanjutkan aktivitasnya di penitipan anak hingga orang tuanya dapat menjemput pada petang hari seusai kerja.
Prinsip tiga P
Dalam menjalankan bisnis penitipan anak ini, Marta dan teman-temannya menjalankan prinsip 3 P yaitu people, persistence dan passion.
Ketika mulai berbisnis, Marta sudah mempersiapkan sumber daya manusia yang baik, juga memberikan pelatihan tambahan agar dapat memberikan pelayanan seperti yang diharapkan oleh para orang tua.
Para pengasuh yang saat ini bekerja di South Quarter, kelak akan menjadi pengawas pada cabang-cabang yang akan dibuka Mika.
Selain itu, persistensi juga diperlukan untuk mempertahankan kelangsungan bisnis yang memang tidak mudah pada awalnya. Tanpa daya tahan dan ketabahan melalui masa-masa sulit, bisnis tidak akan berkembang.
Ketika Mika belum dikenal, Marta dan teman-temannya tidak putus asa. Segala cara digunakan untuk mempromosikan kegiatan Mika.
Sosial media, kata Marta, digunakan secara maksimal untuk menawarkan layanan tersebut. Kegigihan mereka untuk tetap membuka bisnis pun berhasil. Dalam dua tahun, sudah banyak perkembangan yang dialami Mika dari sisi bisnisnya.
P selanjutnya adalah passion. Mengerjakan sesuatu tanpa passion rasanya akan berat. Bayangkan, setiap hari mengurus anak orang, harus memerhatikan berbagai rincian seperti mempersiapkan makanan sehat hingga mempersiapkan minyak telon.
Tentu jika dilakukan tanpa passion terasa berat dan rumit dilakukan. Dengan passion, semua kerumitan itu menjadi tidak berarti.
Dengan ketiga P, Marta dan kawan-kawannya terus membagikan kasih sayang di antara tembok-tembok perkantoran.
Bagi yang pengen ikutan kelas weekend, Sabtu, 28 Juli, ada kelas buat Toddlers yang berumur 13 -24 bulan.
Temanya: Jump, Wiggle & Twist
Kegiatannya apa aja sih?
1. Ribbon 🎀 dance: bergerak sangat penting di usia golden age anak, jadi yuks dance bersama
2. Walking, jumping, running: kegiatan ini baik untuk meningkatkan motorik kasar anak
3. Catching fish 🐠: menangkap ikan perlu kombinasi yang baik antara tangan, upper body dan lower body anak
4. Parachute play – bermain dengan parasut warna-warni juga seru nih
5. Obstacle challenge: lewati obstacle yang beragam untuk melatih gerakan anak
Penasaran dengan kelasnya? Yuks daftarin segera di +62 811-9966-563.
Sensory class di Mika Daycare akan dimulai tanggal 7 Juli ini, khusus untuk buah hatimu yang berumur 13-24 bulan. Ada dua sesi yah, jam 09.00-10.30 dan 11.00-12.30.
Tema kali ini adalah “Things that go”, jadi anak-anak pasti akan sibuk bergerak. Apa saja kegiatannya Sabtu ini?
1. Parachute plays – main parasut bareng dengan variasi yang seru supaya buah hatimu menjadi aktif dan semangat.
2. Painting the cars 🚗 – Belajar mengecat mobil 🚘 dan mengenali warna bersama.
3. Pulling exercise – ayo mencoba menarik beragam mainan untuk meningkatkan gross motoric anakmu.
4. Putting in coins – memasukkan koin ke wadah sangat bagus untuk fine motoric anak
5. Rolling the gallon – galon bisa juga menjadi alat yang tepat dan menarik bagi anakmu untuk aktif berjalan dan bergerak.
Mulai Juli 2018, ada kenaikan harga kelas kami menjadi IDR220,000/anak.
Bulan ini kita akan bermain pretend play dengan tema Occupation. Nah, tanggal 21 April anak-anak akan belajar menjadi Dokter yang akan dibimbing oleh Pakar Early Childhood, Ms. Avi.
Beberapa kegiatan seru di hari Sabtu ini:
1. Orang tua akan belajar memberikan instruksi kepada anak apa yang harus dilakukan sebagai seorang Dokter.
2. Anak-anak belajar mengenai kondisi di Rumah Sakit.
3. Mereka juga akan belajar membuat tas dokter yang lengkap dengan stetoskop.
4. Selain itu, mereka akan berperan seperti layaknya dokter dengan mengobati boneka bayi maupun teddy bear yang sedang terluka.
5. Sambil dijelaskan juga bahwa ada dokter yang berprofesi mengecek gigi, yaitu dokter gigi.
Khusus tanggal 21 April ini, akan ada dua sesi bagi anak-anak yang berumur 24 bulan – 3.5 tahun, yaitu di jam 09.00 – 10.30 dan anak-anak yang berusia diatas 3.5 tahun hingga 5 tahun di jam 11.00 – 12.30.
Yuk! Jangan sampai ketinggalan ya kelas Sabtu ini.